Review Buku Aksi Massa: Ketika Demokrasi Dikorupsi

|

3 Views
Buku Aksi Massa: Ketika Demokrasi Dikorupsi

Edukasicampus.com- Review Buku Aksi Massa, bila dibedah asal katanya akan menghasilkan maknanya tersendiri. Aksi adalah suatu gerakan atau upaya, sedangkan Massa adalah sekumpulan orang dalam satu waktu.

Maka aksi massa bolehlah kita artikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh sekumpulan orang dalam satu waktu dan tempat untuk tujuan tertentu. Namun ada satu hal yang menjadi inti yang menjadi ruh dalam aksi massa, adalah perubahan.

Review Buku Aksi Massa

Buku Aksi Massa karya Tan Malaka ini hanya mempunya 100an halaman saja, pun bentuknya tidak terlalu besar. Buku ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja, terlebih kamu adalah seorang aktivis, mahasiswa, ataupun kaum intelektual akademisi. Solusi-solusi yang ditawarkan oleh Tan Malaka menggambarkan kondisi waktu itu berdasarkan pengalamannya selama di luar negeri.

Perlu diketahui bahwa Tan Malaka selama berada di luar negeri banyak bergumul dengan bacaan dan orang-orang komunis, bahkan ia sendiri adalah seorang kader komunis. Kita sepakat bahwa ideologi komunis adalah ideologi yang terlarang di negara Indonesia, dalam bentuk pentransmisian apapun, termasuk buku bacaan. Maka tidak mengherankan bila buku ini tidak didistribusikan secara besar-besaran.

Meskipun Tan Malaka adalah seorang komunis, namun dalam kesehariannya ia justru cenderung sangat agamis, dan menganggap ideologi komunis sesederhana sebagai jalan menuju tujuan, bukan pada sikap anti tuhan yang selama ini dilakukan oleh pengikut komunis.

Selain itu, karena ini karya lawas maka cukup wajar bila kita akan menemui beberapa kata dan pengertian yang cukup asing bagi kita hari ini. Oleh karena itu perlu sedikit mengulik sejarah agar kita  mampu memahami maksud dari tulisan Tan Malaka.

Buku ini selain sebagai pedoman dalam aksi massa, juga bisa sebagai bahan referensi terkait kondisi sosial politik Indonesia kala itu. Selayaknya dalam suatu pembicaraan, ketika membaca buku kita juga perlu menerapkan prinsip pepatah bahasa arab “lihat apa yang dibicarakan, jangan lihat siapa yang berbicara.”

Mengenal Siapa Tan Malaka?

Sebelum lebih jauh membahas tentang apa itu aksi massa dan segala hal yang berkaitan dengannya, ada baiknya pembaca perlu mengetahui siapa yang mencetuskan ide aksi massa di Indonesia. Ibrahim Datuk Sutan Malaka, namun kita dan masyarakat waktu itu lebih akrab menyebutnya dengan nama Tan Malaka.

Tan Malaka sering dijuluki sebagai “Bapak Republik Indonesia” karena sumbangsihnya kepada negara. Dalam bukunya yang lain, dialah yang pertama kali mencetuskan nama Republik Indonesia yang pada akhirnya Indonesia resmi menjadi negara republik.

Selayaknya pahlawan kemerdekaan lainnya, hidupnya tak jauh dari penderitaan rakyat dan ketimpangan kelas. Diasingkan, ditangkap, dan berganti identitas sudah jadi kesehariannya. Hal tersebut dilakukan demi mewujudkan kehidupan masyarakat yang terbebas dari belenggu penjajahan waktu itu.

Pengembaraannya ke eropa waktu itu membuatnya mempunyai banyak pengetahuan, relasi, hingga pada akhirnya sebuah ideologi. Kecenderungannya pada kelompok komunis di eropa membuatnya dicap sebagai orang yang berbahaya, terlebih pada kekuasaan rezim Soeharto, nama Tan Malaka seakan nyaris tidak pernah tersebut dalam sejarah Indonesia.

Dalam pengembaraannya di luar negeri, ia menemui banyak fenomena yang mempengaruhi pola pikirnya. Hal tersebut banyak ia tuangkan dalam bentuk tulisan, dan salah satunya adalah buku Aksi Massa. Buku yang ditulis ketika ia berada di Singapura ini membicarakan tentang kekuatan aksi massa, lebih detailnya tentang idealnya sebuah aksi massa dilakukan.

Selain menulis berbagai karya, Tan Malaka beberapa kali mengajar di sekolah anak-anak buruh di Indonesia, hal tersebut ia lakukan sebagai pengabdiannya kepada bangsa. Pemikiran Tan Malaka sangat progresif dan revolusioner. Beliau mengkritik sistem kolonialisme dan feodalisme, serta memperjuangkan kesetaraan sosial dan keadilan.

Tentang Buku Aksi Massa

Buku Aksi Massa memang tergolong buku jadul, buktinya buku ini ditulis di tahun 1926 ketika kondisi Indonesia tengah mengalami penjajahan oleh kolonial Belanda. Namun karena ke-klasikannya itulah buku ini bisa memproyeksikan fenomena kala itu dengan baik. Selain berstatus sebagai saksi sejarah, buku ini juga menjadi bukti bahwa konsep aksi massa masih relevan per hari ini.

Aksi Massa atau kita akrab menyebutnya aksi ataupun demonstrasi adalah sesuatu yang masih ada-setidaknya untuk hari ini. Walaupun kesadaran aksi massa di Indonesia baru tersorot saat penggulingan orde lama, sebetulnya gerakan aksi sudah ada sejak era penjajahan, hanya saja waktu itu kurang terorganisir sehingga aksi tidak berjalan efektif.

Bagi sebagian orang-khususnya manusia modern hari ini, masih beranggapan bahwa kegiatan aksi kerap diidentikkan dengan tindak kekerasan, kericuhan, dan ketidakkondusifan, atau singkatnya aksi massa justru mengganggu ketenangan massa (yang lain).

Hal ini cukup logis mengingat aksi hari ini kadangkala melebar hingga perusakan fasilitas publik, mengganggu lalu lintas, dan lebih parah masyarakat sipil bisa menjadi korban. Semuanya benar.

Bila segala hal di atas adalah benar, lantas mengapa Tan Malaka menulis buku yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat anarkis? Jawabannya adalah Tan Malaka ingin memberi panduan dalam melakukan aksi massa, sebab menurutnya aksi massa bisa berjalan dengan baik bilamana dilakukan secara kolektif-semua pihak harus terlibat dan diperlukan persiapan yang matang.

Dalam buku Aksi Massa, Tan Malaka memberikan suatu ide tentang bagaimana aksi massa dilakukan. Buku ini merupakan hasil pengalamannya semasa menjalani studi di luar negeri, dan secara bersamaan waktu itu di dunia eropa tengah terjadi Perang Dunia I.

Bila dicermati, imbas adanya Perang Dunia I ini meninggalkan 2 kubu besar dalam hal ideologi, kita akrab menyebutnya sebagai blok barat dan blok timur.

Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat menganut ideologi kapitalisme dan demokrasi liberal. Mereka menekankan kebebasan individu, pasar bebas, dan peran penting negara dalam menjaga stabilitas ekonomi.

Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet menganut ideologi komunisme dan sosialisme. Mereka menekankan kepemilikan bersama atas alat produksi, keadilan sosial, dan peran negara yang kuat dalam mengatur ekonomi.

Tan Malaka melihat kondisi Indonesia waktu itu sedang berada dalam belenggu kolonialisme. Rakyat dijadikan sebagai buruh di negeri sendiri, diupah sangat sedikit, dan pemerintahan yang abai dengan rakyat lagi korup, hal-hal tersebut yang mendorong Tan Malaka ingin melakukan perubahan.

Dan menurutnya, aksi massa adalah suatu jalan yang bisa ditempuh untuk menciptakan kondisi yang lebih baik. Tan Malaka menghendaki aksi massa yang berdasarkan mobilisasi massa yang baik, koordinasi yang terarah, ditambah semangat perubahan yang menggelora sebagai syarat efektifnya suatu aksi massa.

Aksi massa tak sekadar gerakan massa yang ada di jalan, Tan Malaka juga memberikan opsi berupa mogok kerja, boikot, dan pendudukan tempat-tempat strategis. Lebih radikal, ia juga mengupayakan persatuan rakyat dengan meningkatkan kesadaran politik, serta menggunakan segala cara untuk mencapai kemerdekaan.

Relevansi Buku Aksi Massa

Buku Aksi Massa karya Tan Malaka ini terbilang masih relevan sebagai bahan referensi ataupun diskusi hari ini. Secara garis besar, aksi massa di Indonesia masih perlu dilakukan sebagai kesadaran demokrasi terkait kebijakan publik.

Namun tidak bisa dipungkiri semua yang ditulis oleh Tan Malaka juga perlu dilakukan penyegaran agar masih relevan dengan zaman.

Sebagai contoh, dalam hal upaya menyuarakan aspirasi, hari ini kita disuguhkan dengan media sosial yang selain cepat juga mempunyai jangkauan yang luas. Oleh karenanya muncul istilah Aktivisme Digital, dimana semua orang bisa terlibat dan berisik di media sosial mengenai satu isu yang sedang diangkat.

Ada baiknya keduanya (aksi massa dan aktivisme digital) dilakukan secara kolektif-upaya di dunia nyata dan dunia maya, sehingga pesan perubahan mampu tersampaikan dengan baik. Selama masih ada ketimpangan sosial dan kebijakan publik yang tidak pro rakyat, maka (idealnya) akan selalu ada pemberontakan untuk mencapai tujuan yang lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *