EDUKASICAMPUS.COM – Pembuatan film adaptasi dari novel udah ada sejak dulu dan fenomena ini disebut dengan ekranisasi. Buat para penikmat film, ekranisasi ini bisa bikin antusiasme yang luar biasa loh!
Mengapa Film Adaptasi dari Novel Banyak Peminat?
Film yang diadaptasi dari novel dan bisa menarik minat penonton, bakal dapet banyak apresiasi dari masyarakat. Antusiasme penonton merupakan sebuah langkah awal untuk melakukan ekranisasi terhadap suatu karya.
Ekranisasi pertama kali terjadi di Indonesia pada tahun 1951, yakni pada karya Armijn Pane “Antara Bumi dan Langit” yang difilmkan oleh Huyung. Sejak saat itu, dunia perfilman makin berkembang dan mulai merambah ke dalam dunia sastra.
Contoh Film Adapatasi dari Novel di Indonesia
Sejak 5 tahun yang lalu, film-film yang ditayangkan di Indonesia berasal dari adaptasi novel yang sangat digemari oleh masyarakat, diantaranya yakni
- Film garapan Hanung Bramantyo “Bumi Manusia”, yang diadaptasi dari novel Pramoedya Ananta Toer
- Film Kisah untuk Geri dari novel karya Erisca Febriani yang disutradarai oleh Monty Tiwa.
- Film Imperfect yang disutradarai oleh Ernest Prakasa diadaptasi dari novel karya Meira Anastasia, dan
- Film Mariposa dari novel karya Luluk FH, serta masih banyak lagi yang lainnya.
Terjadinya proses perubahan dari karya novel ke penggarapan film, memerlukan imajinasi yang sangat tinggi.
Karena terjadinya ada perubahan besar dari penyampaian segala sesuatu melalui kata-kata menjadi penyampaian yang memerlukan lakon untuk membuat gambar bergerak.
Ketidakpuasan Penonton dalam Film Adaptasi dari Novel
Didemonstrasikan melalui novel Bumi Manusia yang halamannya tebal bangettt dijadikan sebuah film cuma dengan durasi sekitar 3 jam. Banyak penonton yang berpendapat dan memberi kritik film ini karena mereka merasa didalamnya banyak sekali perubahan, film yang dilihat gak seindah dengan imajinasi mereka ketika membaca novelnya.
Selain itu, kekecewaan umum yang biasanya dirasakan oleh penonton adalah alur cerita yang berubah, karakter tokoh yang gak cocok dengan gambaran yang ada di novel, dan perubahan-perubahan lainnya yang membuat penonton tidak puas dengan film hasil adaptasi tersebut.
Penyebab Kecewanya Penulis Novel
Banyak penulis novel merasa kecewa dengan film adaptasi dari novel karya mereka. Misalnya, Armijn Pane yang gak mau namanya dicantumkan sebagai penulis asli di drama “Antara Bumi dan Langit”.
Beberapa hal yang bikin kecewa adalah ketidaksesuaian tema novel dan film, keterbatasan durasi film atau waktu putar, sehingga setiap baris yang ada di dalam novel tidak memungkinkan untuk dipindahkan secara keseluruhan menjadi alur cerita film.
Baca Juga : Pentingnya Literasi Digital Bagi Mahasiswa dan Cara Memilah Informasi Kredibel di Internet
Adanya pertimbangan tertentu sehingga dalam proses pembuatan film, sutradara terpaksa memasukkan/menambahkan bagian-bagian baru yang dianggap perlu ke dalam rangkaian alur cerita film.
Penyebab yang terakhir adalah adanya hal tertentu yang mungkin memancing sutradara merasakan gairah untuk menambah variasi-variasi dalam alur cerita.
Kreativitas Dalam Film Adaptasi Novel
Proses ekranisasi butuh kreativitas yang tinggi banget. Dimana kreativitas yang tinggi tersebut, diperlukan untuk memikirkan pengurangan maupun penambahan pada alur cerita film.
Ada beberapa konsep yang harus dikuasai, seperti konvensi atau perluasan, konsep ketika memilih dan memfokuskan, rekonsepsi, serta rethinking.
Selain itu, sutradara juga harus memahami perbedaan karakteristik media novel dan film, sehingga film adaptasi dari novel dapat dilakukan secara maksimal dan dapat mengundang daya tarik penonton!
Penulis by Siti Kholifah
Leave a Reply